Duo art-pop asal Indonesia, Santamonica, kembali muncul dari masa hening mereka dengan 'SIN' — sebuah rilisan baru yang mencekam dan diiringi dengan pengalaman visual yang menghipnotis.
Setelah melalui proses pembuatan selama bertahun-tahun, ‘SIN’ merupakan sekilas gambaran dari album penuh duo ini yang akan segera dirilis, Wunderkammer, sebuah sekuel spiritual dari album perdana mereka yang terkenal, Curiouser and Curiouser. Ditulis oleh Sistine (Anindita Saryuf) dan diproduseri oleh Joseph Saryuf, lagu ini membahas secara mendalam tentang perasaan bersalah yang terinternalisasi dan kemarahan yang perlahan-lahan membara dari perlawanan perempuan.
View this post on Instagram
Awalnya ditulis pada tahun 2008, ‘SIN’ mengacu pada narasi yang diwariskan selama berabad-abad — “bagaimana wanita sering kali dipandang sebagai sumber dosa,” kata Sistine. Dengan vokal halus yang mengambang di atas tekstur synth yang murung, lagu ini tidak memberikan penebusan, tetapi sebuah perhitungan yang tenang.

Video yang menyertainya mengembangkan narasi ini menjadi sebuah karya seni pertunjukan yang surealis. Direkam di dalam kotak transparan, Santamonica tampil di bawah lampu yang berdenyut dan proyeksi yang menghantui, seperti ritual modern yang tertahan oleh waktu. Mengenakan adibusana dramatis karya Harry Halim, dan dihiasi dengan busana rancangan Mahija dan Rinaldy Yunardi, kehadiran Sistine membangkitkan aura saint sekaligus siren — kuat, hening, dan mustahil untuk diabaikan.
Rangkaian visualnya berasal dari pemotretan tahun 2015, berkolaborasi dengan fotografer Ifan Hartanto dan label fesyen Indonesia, Tangan. Seorang wanita di rumah jagal, dengan sebuah apel di mulutnya — sebuah gambaran mendalam tentang mitos dosa asal. Gambar tersebut, seperti halnya lagunya, tidak pernah dirilis selama bertahun-tahun — sampai sekarang.
Dengan ‘SIN’, Santamonica tidak hanya menandai kembalinya mereka. Mereka merebut kembali narasi tersebut.
Like what you read? Show our writer some love!
-
